Pengendalian hama terpadu adalah pengendalian yang dilakukan untuk menekan penggunaan pestisida sintetik di pertanaman. Salah satu upaya pengendalian hama terpadu adalah upaya preventif dengan menggunakan perangkap likat kuning (yellow sticky trap).

Serangga umumnya tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu, dimana warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti warna kuning cerah.


Warna dan kekontrasan warna digunakan oleh serangga untuk membedakan antara tanaman inang dengan lingkungan sekitar. Kebanyakan hama hanya mempunyai dua tipe pigmen penglihatan yaitu pigmen yang dapat menyerap warna hijau dan kuning terang serta warna biru dan ultraviolet. Warna kuning biasanya lebih mencolok dan dapat menjadi pusat perhatian hama pada umumnya.

Inilah yang menjadi dasar dibuatnya perangkap likat kuning dengan menggunakan plastik, botol ataupun kertas. Warna kuning bisa berasal dari warna kuning cat atau bahan-bahan lain yang berwarna kuning.


Bahan berwana kuning tersebut kemudian dilumuri dengan lem perekat bening, seperti lem tikus atau minyak goreng. Sehingga hama yang mendekat dengan otomatis akan terperangkap dalam lem perekat. Hama yang lengket tidak akan bisa bergerak dan akhirnya akan mati.

Pemasangan perangkap ini dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang ada di lahan. Biasanya, perangkap likat kuning diikat pada ajir dengan ketinggian satu jengkal di atas tajuk tanaman. Perangkap likat kuning bisa dinaikkan seiring mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman supaya hasil bisa lebih optimal. Hal ini bertujuan agar serangga hama langsung bisa melihat perangkap likat kuning diatas tajuk tanaman.


Biasanya, untuk areal tanaman cabai seluas 1000 m2 minimal dipasang perangkap likat kuning dengan botol ukuran 1,5 liter sebanyak 10 buah dengan metode pemasangan zig-zag atau gigi gergaji.

Ketika hama terperangkap telah memenuhi sebagian besar permukaan perangkap atau 15 hari setelah pemasangan, maka perlu dilakukan penggantian dengan perangkap yang baru, dengan cara melepas plastik dan menggantikannya dengan plastik yang baru dan diolesi lem perekat begitu seterusnya hingga tanaman habis masa panennya.


Manfaat utama perangkap warna ini adalah untuk monitoring keberadaan hama di sekitar tanaman. Hama yang tertangkap pada sticky trap dapat dijadikan acuan dalam pengendalian. Misal hama yang banyak ditangkap adalah lalat buah, maka pengendalian dapat difokuskan pada lalat buah. Selain fungsi monitoring, perangkap warna juga dapat dijadikan alat pengendalian.

Perangkap likat kuning mampu mengendalikan beberapa hama yang sering muncul di pertanaman, seperti lalat buah, wereng, aphids, thrips, kutu, ngengat, dan kepik. Perangkap likat kuning ini dapat dijadikan solusi untuk petani dalam pengendalian hama di lapangan.

Dari pengalaman petani di daerah Magelang, Jawa Tengah, penggunaan likat kuning bisa mengurangi penggunaan pestisida 10-20%. Dengan likat kuning, petani bisa mengetahui seberapa tingkat serangan hama khususnya kutu dan serangga. Dari situ petani bisa mengukur penggunaan pestisida yang wajar, jadi tidak over dosis dan merusak lingkungan.

Selain pada tanaman cabai, perangkap warna atau yellow sticky trap juga biasa digunakan pada tanaman bawang merah, semangka, melon, dan lainnya.

Nama Daerah          :
      Sireh, Suruh, Sedah, Sirih


Botani                     :
      Tumbuh memanjat, tinggi 5-15 m, helaian daun berbentuk bulat telur. Bunga berbentuk bulir di ujung cabang, panjang bulir 2,5-6 cm, biji berbentuk lingkaran.
      Ada 4 macam sirih, yaitu sirih berdaun hijau tua dengan rasa pedas merangsang, sirih berdaun kuning, sirih kaki merpati, daun berwarna kuning dangan tulang daun berwarna merah, dan sirih hitam yang ditanam khusus untuk obat.

Ekologi                   :
      Sirih tersebar di Indonesia dalam sekala yang tidak terlalu luas, tumbuh di ketinggian sampai 300 mdpl. Tumbuh liar di hutan jati dan hutan hujan.


Budi Daya              :
     Perbanyakan tanaman menggunakan turus sulur. Turus diambil dari sulur di bagian ujung atas sepanjang 40-50 cm. Untuk pertumbuhannya, sirih memerlukan sandaran pohon hidup, seperti dadap, kapok randu, kelor, waru atau gamal.
       Pohon sandaran ditanam pada musim hujan sebelum menanam sirih, dengan jarak 1,5 m. Tiap dua baris dibuat selokan atau parit untuk mengalirkan air karena sirih tidak tahan terhadap tanah yang terlalu basah. Selokan juga digunakan untuk mengairi sirih di musim kemarau. Bila sandaran sudah  berakar baik, pada permukaan musim hujan dibuat lubang di sekitar sandaran.
       Turus ditanam sepanjang dua buku  dan sisinya diikatkan pada tiang sandaran. Cara lain ialah dengan memotong sulur panjang yang sudah dewasa pada pangkalnya, daun dihilangkan kemudian sulur dibagi 3 atau 4 bagian dan ditanam secara mendatar. Setelah turus berakar, cukup tiga sulur saja yang dibiarkan tumbuh dan dipanjatkan ke atas.
        Bila tanaman telah terkena cahaya matahari, warna akan berubah menjadi kuning kehijauan dan bila dikunyah terasa lebih pedas.
        Sirih yang tumbuh di tempat teduh, daunnya berbentuk panjang, lemass, berwarna hijau segar, dan tidak begitu pedas. Di samping cahaya matahari, macam pupuk juga memengaruhi rasa daun. Dianjurkan menggunakan pupuk kotoran ayam karena sifatnya dingin dan daun yang dihasilkan berwarna kuning muda. Jika digunakan pupuk kotoran kuda, sapi, atau kerbau, daunnya berwarna kuning tua.
         Bila tanaman telah berumur satu tahun, dapat mulai dipanen, produksi tertinggi akan diperoleh bila sirih telah mencapai ujung sandaran. Yang dipanen adalah daun yang berasal dari sulur yang menggantung sebanyak 3 atau 4 ruas. Panen dilakukan pagi sekali, ketika daun masih segar. 
        Sulur yang telah dipanen diikat dan dikemasdalam keranjang atau dengan memetik daun dri sulur kemudian tiap 25 lembar diikat menjadi satu. Untuk dikirim ke tampat lain atau pengepul, daun dibungkus dengan daun atau pelepah pisang.

Khasiat                  : 
     Daun sirih biasanya digunakan para lansia kususnya nenek moyang kita untuk dijadikan sebagai bahan untuk Nyirih Pinang. Selain sebagai bahan Nyirih Pinang daun sirih ini juga berfungsi atau berkhasiat sebagai obat sariawan, obat batuk, dan juga bisa menjadi antiseptik.
Dalam dunia pertanian, khususnya pada budi daya tanaman hortikultura seperti cabai, semangka, melon, dsb, seringkali kita jumpai pada tanah bedengannya diselimuti dengan plastik berwarna perak. Plastik yang diterapkan untuk menyelimuti tanah bedengan itulah yang umum disebut dengan mulsa plastik.

Mulsa plastik sendiri digunakan atas dasar tujuan untuk menjaga dan melindungi segala permukaan tanah dari terjadinya pengikisan, menjaga kadar kelembaban juga struktur pada tanah, serta untuk menghalangi pertumbuhan gulma.


Ada beberapa ragam mulsa plastik, diantaranya adalah:

  • Mulsa plastik hitam perak (MPHP)
  • Mulsa plastik perak perak
  • Mulsa plastik jernih (transparan)


Dari sekian ragam mulsa plastik di atas, yang paling lazim digunakan sebagai mulsa adalah mulsa plastik hitam perak (MPHP). Ini karena, mulsa plastik tipe hitam perak mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan ragam mulsa plastik lainnya.

Warna mulsa di sini akan mempengaruhi besar kecilnya jangkauan tembusan radiasi matahari yang diterima dan diteruskan ke permukaan lapisan tanah, serta cahaya yang dipantulkan oleh mulsa juga akan mempengaruhi kondisi sekitar tanaman.

Warna perak akan memantulkan sinar matahari sehingga air tanah lebih sedikit menguap dan hama enggan datang karena silau (sama seperti pemanfaatan aluminium foil pada sistem hidroponik), serta dapat menghindarkan tanaman dari serangan hama bawah daun misalnya aphid, tungau, thrips, ulat, serta jamur atau cendawan.


Sedangkan warna hitam akan menghalangi tumbuhnya gulma dan menjaga tanah tetap lembab. Untuk pemasangan mulsa jenis ini, biasanya sisi warna perak digunakan untuk atas dan sisi warna hitam digunakan untuk bawah.

Keuntungan lain yang bisa diperoleh dengan menerapkan MPHP ini adalah pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus pada masa sebelum tanam. Pemupukan yang merata memungkinkan pertumbuhan dan produksi tanaman relatif stabil.

Di sisi lain, pemasangan MPHP juga dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk atau leaching oleh air hujan. Penguapan unsur hara yang disebabkan sinar matahari pun dapat ditekan. Di musim kemarau, penggunaan MPHP juga mencegah penguapan air secara berlebihan. Kuantitas penyiraman pun dapat ditekan

Di dalam mulsa, tanah akan tetap gembur. Suhu dan kelembapan tanah juga relatif stabil jika dibandingkan dengan tanaman budi daya yang tidak ditanami mulsa.

Secara keseluruhan, penggunaan MPHP dapat mengurangi pekerjaan berlebih. Dampaknya tentu saja pada penghematan biaya budi daya.

Akan tetapi, perlu juga untuk diketahui bahwa, plastik mulsa merupakan jenis mulsa yang anorganik. Namun, sekali pun tergolong anorganik, penggunaannya masih tergolong ramah lingkungan karena terbuat dari polietilena yang densitas atau kepadatannya rendah.

Jika Anda memerlukan mulsa plastik yang organik, maka Anda bisa menggunakan sekam padi, jerami, dedaunan kering, dll.

Dunia pertanian yang semakin berkembang, sudah selayaknya petani menggunakan peralatan ataupun teknologi modern dalam pelaksanaan usaha budi daya. Tidak terkecuali, ketika sedang melakukan pengairan atau irigasi.


Berbagai macam Tipe Irigasi Terbaru untuk Pertanian sedikit banyak sudah hadir dan sudah dimanfaatkan oleh para petani. Meski demikian, tidak ada salahnya untuk kita kembali mengingat dan mengenal model irigasi yang pertama kali dikembangkan dalam pertanian.

Irigasi permukaan atau Surface Irrigation System merupakan model irigasi pertama yang pernah digunakan dan dianggap sebagai metode paling kuno dalam pertanian Indonesia. Model irigasi kuno ini terbilang paling mudah untuk diaplikasikan karena air untuk irigasinya bisa diambil dari sumber air terdekat, seperti sungai atau bahkan waduk (bendungan).

Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan cara mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Pemberian air bisa dilakukan dengan mengalirkannya di antara bedengan supaya lebih efektif.

Cara pemberian air dengan cara ini sering juga disebut dengan irigasi penggenangan karena dengan cara ini, air irigasi yang diberikan di lokasi tertentu dibiarkan mengalir bebas di atas permukaan lahan dan kemudian air akan mengisi daerah perakaran tanaman.

Untuk bisa mengairi lahan dari sumber air tersebut, digunakan pipa yang cukup panjang. Metode ini mengharuskan posisi sumber air lebih tinggi dari lahan agar airnya bisa mengalir sebagaimana sifat air yang hanya bisa mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Karena itu, lahan yang lebih tinggi jelas lebih dulu mendapatkan asupan air dibandingkan lahan yang lebih rendah.

Prosedur pelaksanaan irigasi dalam irigasi permukaan adalah dengan menggunakan debit yang cukup besar, maka aliran akan mencapai bagian ujung secepat mungkin, dan meresap ke dalam tanah dengan merata.

Hal ini akan berbeda jika dibandingkan dengan sistem Irigasi Kabut, Inovasi Baru di Bidang Pertanian yang dimana air didistribusikan ke lahan melalui pipa bertekanan. Berbeda pula dengan Sistem Irigasi Tetes untuk Tanaman yang dimana air diberikan melalui penyiram atau penetes ke permukaan tanah.

Sementara itu, syarat penting untuk mendapatkan sistem irigasi permukaan yang efisien adalah dengan melakukan perencanaan sistem distribusi air agar dapat mengendalikan aliran air irigasi dengan perataan lahan yang baik, sehingga penyebaran air seragam ke seluruh petakan.

Irigasi permukaan cocok digunakan pada tanah yang bertekstur halus sampai sedang. Untuk tanah bertekstur kasar akan sulit menerapkan sistem ini karena sebagian besar air akan hilang pada saluran dan yang berupa penggenangan cocok diterapkan pada daerah dengan topografi relatif datar agar pemberian air dapat merata pada areal pertanaman.

Meski demikian, irigasi permukaan dapat memunculkan masalah ketika tidak diterapkan dengan tepat, yaitu dapat mengganggu kelestarian lingkungan dan keberlanjutan usaha pertanian.

Bagaimana, apakah Anda masih menggunakan sistem irigasi menggunakan model irigasi permukaan?


Nama Daerah        : 
Jae, Jahe

Botani                   :
     Terna berbatang semu, tinggi 30-1 cm, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15-23 mm, lebar 8-15 mm. Bunga berupa malai tersembul dipermukaan tanah. 
   


 Dikenal ada 3 macam jahe, yakni:
1. Jahe putih besar, rimpang lebih besar dan  ruas rimpang lebih menggembung daripada yang lain.
2. Jahe putih kecil, rusa kecil agak rata sampai sedikit menggembung.
3. Jahe merah, rimpang berrwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil.

Ekologi               :
     Terdapat di selurih Indonesia, di tanam dikebun dan perkarangan. Tumbuh di tempat yang terbuka sampai di tempat yang agak teduh pada tanah latosol dan andosol, Terutama yang mengandung bahan organik yang tinggi. Umumnya ditanam di tahah yang ringan atau yang mudah di olah, seperti tanah lempung berdepu, lempung berliat, dan liat berpasir. Tumbuh pada ketinggian tempat sampai 900 mdpl atau lebih., tergantung pada klon yang ditanam.
     Tanah yang dikehendaki adalah tanah yang mudah di olah, gembur, banyak mengandung bahan organik dan humus, gembur.
     Jahe kebanyakan ditanam di tanah tedalan, atau tanah kebuh di daerah yang bercurah hujan 2.500-4.000 mm setahun. Iklim yang cocok iklim panas sampai sedang dan lembab.
jahe putih besar
jahe putih kecil
                                                                                        
jahe merah
Budi daya          :
      Tanaman diperbanyak dengan rimpang. Rimpang yang akan dipergunakan untuk bibit dipotong- potong menjadi 3-7 cm dan sedikitnya terdiri dari 3 mata tunas. Tiap potongan turus rimpang beratnya antara 30-80 gram, tergantung pada klon yang di pakai. Turus rimpang yang dipakai dari tanaman yang sudah berumur 10-12 bulan. Keperluan rimpang untuk bibit tanaman antara 1-3 ton jahe/hektar, tergantung pada jarak tanam dan klon.
     Batang yang akan digunakan untuk turus ditumbuhkan dahulu tunas-tunasnya dengan jalan menyimpangnya di tempat sejuk, lembap, dan gelap selama 3 bulan kemudian baru dipotong-potong. Selama pertumbuhan, tanaman menghendaki banyak sinar matahari, yakni pada umur 2,5-8 bulan.


proses penumbuhan tunas

     Pengolahan dilakukan dangan cara dicangkul 1-2 kali, dibersihkan dari gulma, dibuat saluran, terutama pada tempat datar. Bila tanaman mulai membentuk rumpun, langsung dibumbun.
     Tanaman tumpang sari yang berumur 1,5-3 bulan dapat ditanam 1 bulan sebelum jahe ditanam sampai bersamaan waktu tanam dengan jahe. Tanaman tumpang sari yang banyak ditanam adalah mentimun, bawang merah, jagung, dan tanaman kacang-kacangan.
     Pemeliharaan terdiri atas  penyiangan, pembubunan, pemupukan, penyiraman, dan pengendalian organisme peganggu tanaman (OPT) dan penyakit. Pemupukan dilakukan pada tanah yang kurang subur, menggunakan pupuk kandang sebanyak 10-20 to/ha.
     pemanenan rimpang dapat dilakukan pada tanaman umur 9-12 bulan setelah tanam. Cara panen dengan membongkar rimpang menggunakan garpu tanah. Rimpang dibersihkan dari tanah yang melekat, dikeringkan dengan cara dijemur, dan di simpan di tempat yang kering atau atas loteng dekat dapur.
     Sisa rimpang yang tidak dipanen dibiarkan tumbuh terus. Tanaman akan tumbuh lagi pada musim hujan tahun kedua kemudian dipanen menjelang akhir tahun kedua.. Hasil panen jahe putih besar, berkisaran antara 8-20 ton jahe segar/ha, dan 7-8 ton jahe segar /ha untuk jahe putih kecil.

Khasiat                    :
     Khasiat dari jahe sendiri yakni untuk obat masuk angin, batuk kering, muntah dan sebaga obat pelancar haid.
Nama Daerah           :
Avokad, apokad, adpokat, alpukat


Botani                      :
     Tinggi pohon 3-10 m, daun berdesakan dari ujung ranting, bentuk bulat telur dan jorong, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, panjang tangkai daun 1,5-5 cm. Malai bunga terletak pada ujung ranting, berbunga banyak, warna jingga sampai cokelat. Buah berbentuk bola lampu sampai bulat telur, panjang 5-20 cm, lebar 5-10 cm, warna hijau atau kuning kehijauan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, aroma harum. Biji berbentuk bola, gari tengah 2,5-5cm.

Ekologi                  :
      Tumbuh di daerah tropika dan sub tropika dengan curah hujan antara 1.800-4.500 mm/tahun. Umumnya cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan tidak tahan terhadap suhu rendah atau tinggi. Di Indonesia tumbuh pada ketinggian 1-1000 mdpl.

Budi daya              :
     Tanaman diperbanyak menggunakan biji, okulasi dan menyambung. Biji yang akan digunakan untuk perbanyakan  dipilih dari buah yang masak di pohon, sehat, dan kuat. Biji disemaikan atau langsung ditanam dalam keranjang atau kantong plastik yang diisi dengan tanah dan kompos. Setelah tingginya mencapai 20-30 cm, dipindahkan ke pekarangan rumah atau kebun. Bibit tumbuh cepat dengan akar tunggang yang kuat, tetapi mutu buah kadang tidak sama dengan pohon induk.


     Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan perbanyakan vegetatif, menggunakan bibit asal dari biji sebagai batang bawah (Understump), kemudian dilakukan sambung tunas atau dengan tempelan/okulasi. Bibit ditanam pada lubang ukuran 40x40x40 cm, jarak tanam 8-10 m. Tanah yang dikehendaki gembur dan subur. Tanah lempung yang menimbulkan genangan air saat hujan tidak cocok bagi tanaman alpokat.
     Pemeliharaan, penyiraman dilakukan 6-10 hari sekali. Dilakukan pemangkasan berat mencapai umur 7 tahun, sebelum umur 7 tahun hanya dilakukan pemangkasan cabang bawah. Pemupukan dilakukan bila tanaman sudah berumur 10 tahun, diberi pupuk kompos sebanyak 45 kg dan superfosfat 0,9 kg. Pemupukan dilakukan 2 bulan sebelum berbunga. Pohon akan berbuah sampa

i umur 25 tahun. Berat buah 85-1000 gram. Produksi tiap pohon 100-120 buah.

Khasiat                  :
       Alpukat mempunyai khasiat bagi kesehatan tubuh salah satunya sebagai penyembuh demam atau dengan kata lain Obat demam.
Nama Daerah        :
Kumis Kucing, remujung

tanaman kumis kucing


Botani                   :
     Herba tumbuh tegak, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur. Daun berbentuk bulat telur, lonjong, lanset, agak belah ketupat, ujung runcing, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-5 cm. Bunga majemuk, tandan di ujung cabang.
     Dikenal 3 varietas kumiskuching :
1. Bunga Biru.
2. Berbunga Putih dengan batang, tulang daun dan tangkai bunga cokelat kemerahan.
3. Bunga Putih.

Ekologi                :
     Tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian sedang.

Budi daya            :

     Perbanyakan menggunakan turus batang. Panjang turus 15-20 cm, diambil dari tanaman yang tidak terlalu muda. Turus terdiri atas beberapa ruas yang dapat mengeluarkan tunas baru. Turus disemaikan lebih dulu atau langsung ditanam di kebun. Jarak tanam 40 x 40 cm, tanpa menggunakan

naungan. Ada juga yang menanam di bawah pohon agar mendapat naungan.
      Pemetikan pertama  dilakukan  bila tanaman mulai mengeluarkan  kuncup bunga. Jika tumbuh baik, 4-6 minggu setelah  tanam, daun mulai dapat dipetik. Pemetikan dilakukan pada pucuk daun sebanyak 2-3 pasang daun dan dilakukan setiap 2-3 minggu. Karena pemetikan daun dilakukan terus menerus, pada waktu tertentu perlu diberi pupuk nitrogen.
      Pengeringan dilakukan dengan alat khusus atau dijemur. Agar daun yang sudah kering tidak lembab, daun harus dipres dan dikemas seperti mengemas daun teh.

Khasiat             :
      Obat kencing manis dan Obat masuk angin.