Kondisi lingkungan yang lembab dan basah menjadi kondisi yang nyaman bagi perkembangan patogen atau sumber penyakit. Ketika musim penghujan tiba, akan terlihat banyak penyakit bermunculan, antraknosa salah satunya.

Hasil gambar untuk Penyakit Antraknosa Pada Tanaman Cabai    Setiap musim mempunyai tantangan tersendiri bagi para petani. Pada musim kemarau biasanya banyak terjadi ledakan hama, sedangkan pada musim hujan banyak terjadi ledakan penyakit terutama yang berkaitan dengan bakteri dan jamur.
     Hingga saat ini antraknosa (patek) masih menjadi penyakit utama pada tanaman cabai, karena penyakit ini sangat susah sekali untuk dikendalikan. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini pun bisa mencapai 100%.


1. Gejala

     Gejala yang ditimbulkan oleh Colletotrichum capsisi dan Gloeosporium piperatum sukar dibedakan, meskipun keduanya dapat menyerang buah yang masih muda atau kecil, tetapi gejala serangan  Gloeosporium piperatum dapat terlihat baik pada buah yang masih mentah maupun yang sudah masak, sedangkan geajala serangan  Colletotrichum capsisi hanya dapat dijumpai pada buah yang  sudah masak saja. Gejala mula-mula berupa bercak kecil yang selanjutnya dapat tumbuh menjadi lebih besar. Gejala tunggal cenderung berbentuk bulat, tetapi karena banyaknya titik awal gejala maka gejala yang satu dengan yang lain sering bersatu sehingga membentuk bercak yang besar dengan bentuk tidak bulat. Pada geajala yang sudah cukup besar, sering dibagian tepinya coklat dan bagian tengahnya putih. Bercak yang terbentuk umumnya agak cekung atau melekuk dan mulai dari bagian tengahnya mulai dibentuk aservulus jamur yang berwarna hitam, yang biasanya membentuk lingkaran yang berlapis. (Lihat Gambar di Bawah Ini)

Penyakit Antraknos Pada Cabai

2. Penyebab
 

      Ada dua penyebab penyakit pada antraknos cabai ini. pertama Colletotrichum capsici (Syd.) Butl. & Bisby, yang dahulu dikenal dengan diameter 100 µm, yang di pinggir lubangnya mempunyai seta (bulu) warna coklat dengan ukuran 75-100 x 2-6,2 µm, sedangkan konidi yang berupa batang, agak bengkok, warna hialin dengan kedua ujungnya runcing berukuran 18,6-25 x 3,5-5,3 µm. Penyebab yang kedua adalah Gloeosporium piperatum Ell & Ev. Jamur ini membentuk aservulus tanpa seta, warna kuning jingga atau merah jambu, sedangkan konidi berbentuk batang warna hilain yang kedua ujungnya tumpul dengan ukuran 15,5-18,6-5,3-6,2 µm. kedua jamur tumbuh baik pada suhu antara 23ºC-30ºC di daerah yang lembab. Oleh karena itu, penyakit ini lebih banyak muncul pada musim penghujan daripada musim kemarau, meskipun pada musim kemarau tanaman cabai tidak bebas dari gangguan penyakit ini.

3. Pengendalian

     Penyakit ini umumnya dikendalikan dengan menggunakan berbagai macam fungisida, di antaranya fungisida yang mengandung Cu ataupun karbendezim, meskipun dapat sangat dikurangi dengan jalan pengaturan kelembapan kebun, misalnya dengan jarak tanam yang tepat dan pemberian air secukupnya.

      Begitulah Gejala, Penyebab dan Cara Pengendalian untuk penyakit antroknos pada tanaman cabai, semoga bermanfaat meskipun materinya sedikit.
         Jangan lupa untuk membagikannya kepada keluarga, teman, kerabat, serta petani-petani di Indonesia agar pengetahuan para petani kita bertambah. Sekian Terima Kasih.