Terlalu fokusnya petani pada penyakit dan hama prapanen, terkadang menjadikan petani lemah terhadap serangan penyakit pascapanen. Padahal, penyakit pascapanen mendatangkan kerugian yang tidak kalah besar. Antisipasi terhadap Penyakit pascapanen dapat meningkatkan mutu hasil pascapanen, menurunkan tinkat kerugian hasil pascapanen, dan menigkatakan kesejahteraan petani.
 

     Dalam blog ini, dibahas penyakit pascapanen parasitik, pentingnya menghindari penyakit pascapanen untuk mencegah kerugian yang besar, cara menjaga mutu tanaman pascapanen agar tetap baik, dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas penyakit terbaru yang menyerang padi pada saat pascapanen dan cara pengendaliaannya.

1. Penyakit Beras Kuning (Yellowsis Rice)



     Penyakit ini ada yang tidak beraun (nonpoisonus yellowsis rice) disebabkan oleh Trichoderma dan Pseudomonus, dan ada yang beracun ( poisonus yellowsis rice). Mula-mula terdapat di Thailand disebabkan oleh Panicillium citrinum dan Panicillium toxicarium yang sekarang disebut Panicillium citreoviride, sedangkan yang mula-mula terdapat di Islandia disebabkan oleh Panicillium islandicium. Penyakit ini biasanya timbul bila padi yang masih basah atau lembab ditimbun dalam waktu yang lama tidak lekas dijemur. Selain itu, dapat pula terjadi pada padi yang sudah kering, tetapi disimpan ditempat yang sangat lembab. Karena beras yang sakit warnanya kuning maka penyakitnyadisebut beras kuning, dan kadang-kadang mengandung racun maka akan berbaha bagi konsumennya.


     Panicillium citrinum menghasilkan racun yang disebut citrinin dengan rumus kimia CHO. Dalam bentuk kristal berupa jarum berwarna kuning, dengan titik cair 166ºC-177ºC, tidak larut dalam air, tetapi dapat laru dalam kloroform dan larutan sedikit dalam eter panas. Panicillium citreoviride menghasilkan racun yang disebut Citreoviridin. Jamur ini merupakan jamur anaerobe dengan titik pertumbuhan minimum 3ºC-5ºC, Optimum 30ºC dan maksimum 40ºC-50ºC. Sporanya belum mati pada pemanasan sampai 60ºC selama 5 menit.

   Panicillium Islandicum menghasilkan racun yang disebut luteoskyrin yang dahulu disebut islanditoxin denganrumus kimianya CHOCl. Dalam bentuk kristal berupa jarum yang tidak berwarna. Titik cair 250ºC-251ºC, larut dalam alkohol dan aseton, dan tidak larut dalam pelarut nonpolar. Hidrolisis dari asamnya menghasilkan 3 macam asam amino. Struktur molekulernya tampak terdiri dari gugus peptida, ikatan C-Cl dan cincin Benzena, bersifat stabil dalam larutan asam dan netral serta bersifat labil dalam larutan basa. LD minimum untuk tikus putih 3 Mg / Kg. Tikus putih yang diberi makan campuran beras kuning dengan kubis akan mati setelah 7 hari, tetapi bila beras kuningnya dicampur dengan beras sehat dengan perbandingan 1:1 baru mati setelah 21 hari. Karena penyebab utamanya faktor lingkungan, yaitu kelembaban  maka penyakit ini dapat dihindari dengan tidak menumpuk padi yang masih basah atau menumpuk padi kering di tempat lembab. Padi yang kandungan airnya 12% sudah bebas dari serangan jamur-jamur tersebut. Padi yang kandungan airnya 12%  dapat diketahui dengan mudah, yaitu bila tangkai malainya (merangnya) dengan mudah dapat dipatahkan, bahkan bagi petani yang sudah berpengalam ia akan menggigit gabah sampai pecah dapat diperkirakan kandungan air gabah tersebut.

2. Penyakit Bercak Cokelat Pada Padi Oleh Drechslera Oryzae


   Dahulu penyebab panyakit ini disebut Helminnthosporium oryzae. Pada awal serangan atau serangan ringan gejala berupa bercak-bercak kecil yang memanjang berwarna cokelat. Gejala pada saat ini mirip sekali dengan gejala hama yang disebabkan walang sangit, tetapi kalau kita perhatikan betul-betul, bercak yang disebabakan oleh hama walang sangit di tengahnya terdapat seperti tepung yang berwarna putih atau kalbu, sedangkan bercak yang disebabkan oleh Drechslera Oryzae tidak ada. Apabila lingkungan luar mendukung bercak kecil tadi akan meluas dan bahkan dapat menutupi seluruh permukaan gabah sehingga gabah menjadi mula-mula putih, tetapi selanjutnya berubah menjadi warna coklat atau hitam. Konidium jamur ini termasuk kedalam kelompok phaeophragmie, artinya warna gelap dan terdiri dari lebih 2 sel dengan sekat melintang saja. Masing-masing dari sel pada konidum tersebut  dapat berkecambah sendiri-sendiri, meskipun pada umumnya yang berkecambah hanya yang paling ujung (apical) saja. Meskipun jamur dan walang sangit dapat menyerang sendiri-sendiri tetapi dapat pula menyerang bersama-sama, umumnya dimulai oleh walang sangit lalu diikuti oleh jamurnya, hingga gejala sukar dicirikan, sebab merupakan gejala gabungan.

     Gabah yang sakit kalau digiling mudah pecah dan biasanya rasanya pahit serta tidak tahan lama bila disimpan. miselium dapat dijumpai baik pada permukaan gabah maupun didalamnya, dan dapat bertahan sampai beberapa tahun. Jamur ini mempunyai suhu kehidupan minimum 2ºC, Optimum 25ºC-30ºC, dan maksimum 41ºC. Untuk keperluan infeksi suhu yang paling cocok 22ºC dengan kelembapan minimum 92 %.  Di lapangan jamur ini dapat bertahan pada sisa-sisa makanan dan didalam tanah. Pada suhu tanah 31ºC dengan kelambapan 20%  jamur ini dapat bertahan selama 6 bulan, sedangkan pada suhu yang sama dengan kelembapan 92% hanya mampu bertahan selama 1 bulan saja. 

     Cara pengendalian yang mudah  dan murah bagi penyakit ini adalah dengan menjemur padi atau gabah dengan sinar matahari hingga kandungan air hanya 12 % atau lebih kecil lagi, selanjutnya jangan disimpan pada ruangan yang lembab supaya kandungan airnya tidak meningkat lagi sebagai akibat keseimbangannya dangan kelambaban udara di sekitarnya.